Berbagai cara dan Modus Para Pemudik yang Ingin Pulkam, Memakai Jaket Ojol sampai Naik Ambulance

Jakarta Pandemi corona yang belum mereda membuat aturan mobilisasi warga pada lebaran kali ini sama seperti tahun lalu: tak boleh mudik.

Larangan mudik telah ditetapkan pada 6 hingga 17 Mei. Polisi pun disebar ke sejumlah titik untuk menghalau para pemudik.

Meski demikian, masih tetap banyak pemudik yang nekat coba menembus penyekatan dengan berbagai modus.

Seperti di pos Bundaran Kepuh, Kecamatan Karawang Barat, Karawang, pada Jumat (7/5). Sebanyak 3 pemudik dengan motor mencoba mengelabui petugas dengan menggunakan jaket ojek online (ojol).

Dalam waktu berbeda, ada tiga pemotor dengan pelat nomor B mengenakan jaket ojek online melintas di Karawang.

"Kami berhentikan karena pelat nomornya B. Saat ditanya oleh petugas mau ke mana dan darimana, pengemudi tersebut menjawab bahwa dia dari Jakarta mau ke Pemalang," kata Kepala Pengendali Pos Penyekatan Bundaran Kepuh Karawang, Ipda Jaya A.

Jaya menyatakan, ketiganya kemudian langsung dirapid antigen. Sebab mereka tidak bisa menunjukkan surat negatif COVID-19.

Hasilnya 2 pemotor bermodus ojek online terpaksa diputar balik ke lokasi asal karena tidak membawa surat perjalanan.

Sementara seorang pemotor lainnya diperbolehkan melanjutkan perjalanan karena mengantongi surat perjalanan.

Selain modus menggunakan jaket ojek online, ada pula belasan pemudik mengenakan atribut instansi atau organisasi tertentu. Meski begitu, polisi tetap menindak dengan memutarbalikkan kendaraan mereka ke daerah asal.

Masih di Karawang, kali ini di Jembatan Merdeka Kecamatan Pebayuran, sebanyak belasan pemudik ditemukan dalam sebuah truk sayur yang diduga sebagai method mudik.

"Saat kita berhentikan dan periksa ternyata ada 17 orang di dalam truk, mereka ingin menyeberang ke Karawang," kata Camat Pabayuran, Hanief Zulkipli.

Hanief mengatakan, truk itu diduga berasal dari Bekasi. Namun Hanief curiga kode pelat yang digunakan adalah AA, kode pelat nomor wilayah Jawa Tengah. Sehingga, dia menduga truk itu akan menuju ke daerah Jawa.

Hasil pemeriksan yang dilakukan petugas, para pemudik itu mengaku menumpang truk tersebut dengan gratis, sehingga petugas tidak memberikan denda pada sopir truk dan hanya diminta putar balik.

"Mereka mengaku tidak bayar, jadi kami minta untuk kembali ke rumah masing-masing," katanya.

Sedangkan modus lain terjadi di Cikarang, Bekasi. Ditlantas Polda Metro Jaya mendapati pemudik dengan method menggunakan ambulans di Gerbang Tol Cikarang dengan tujuan ke Subang, Jawa Barat. Dalam ambulans terdapat 7 pemudik.

Kabid Humas Polda City Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus, mengatakan saat terjaring razia, pemudik beralasan ingin melihat ibunya meninggal.

"Ada satu buah ambulans yang coba mengelabui. Ini salah satu method operandi. Ini kan karena ada pengecualian ya bagi ambulans. Ini satu ambulans isinya 6 orang. 7 sama sopirnya," kata Yusri.

"Yang memang menyampaikan ada yang sakit dan meninggal dunia yang mau dijenguk di luar daerah," sambungnya.

Yusri menyebut, pemudik itu tak bisa menunjukkan bukti surat keterangan terkait meninggalnya orang tua mereka. Bahkan saat ditanyai hasil swab, juga tak bisa menunjukkan ke petugas.

"Tapi pada saat ditanya persyaratannya termasuk swab antigen ini tidak bisa dia tunjukkan. Setelah dicek ternyata ambulans ini dijadikan modus operandi untuk mudik padahal persyaratannya tidak sesuai dengan aturan," ujar Yusri.

"Ke Subang mau ke Subang dengan alasan ibunya meninggal dunia," tambah Yusri yang menyebut ambulans telah diputar balik.

Cerita existed terjadi Pabayuran, Kabupaten Bekasi. Namun kali ini pemudik berhasil menghindari penyekatan.

Jalan tikus di Pabayuran telah dijaga polisi, tepatnya di sebuah jembatan. Demi menghindari penyekatan di jembatan, para pemudik menumpang rakit dengan membayar Rp 3.000.

"Saya mau ke Karawang mengunjungi sanak keluarga di sana," kata Kosasih salah seorang penumpang rakit.

Ia mengaku keberatan apabila perahu eretan harus ditutup. Sebab, hal itu sangat dibutuhkan warga.

"Kalau lewat jembatan kan ada petugas yah tidak boleh melintas, jadi satu-satunya pakai perahu eretan," ucapnya.

Sementara itu, pemilik perahu eretan, Suhandi, mengaku telah diimbau untuk tidak mengoperasikan perahunya oleh polisi.

Tapi kan kita butuh duit buat lebaran, satu-satunya penghasilan saya untuk bisa menafkahi keluarga melalui bekerja pengayuh perahu," ujar Suhandi.

Ia berharap pemerintah bisa mempertimbangkan kembali penutupan usaha perahu eretan. Dia meminta kalau word play here ditutup hanya malam saja, untuk siang hari biarkan beroperasi.
"Karena juga pemudik sudah tidak terlalu ramai," tutupnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Tergoda Oleh Skin Care yang Bisa Memuluskan dan Memutihkan Kulit Dengan Cepat

Beberapa Masalah Penyebab Ketiak Tetap Bau Walaupun Sudah Mandi

Kasus Gagal Vaksin Gara-gara NIK Telah di Pakai Orang Lain